Laman

Minggu, 15 Mei 2011

Percakapan antara pensil dan penghapus.


Percakapan antara pinsil dan penghapus yang mengandung banyak pesan.

Pensil : Maafkan aku, aku telah membuat kesalahan lagi

Penghapus : Tidak apa- apa sayangku, kamu tidak melakukan suatu keburukan yang aku tak bisa memperbaikinya

Pensil : Aku minta maaf, dimanapun aku berbuat kesalahan, kamu selalu ada untuk memperbaikinya. Disetiap kau memperbaikiku dengan menghapus keburukanku, kamu menjadi kehilangan bagian dari tubuhmu. Hal ini membuatmu semakin lama semakin kecil.

Penghapus : Itu benar, tapi itu tidak masalah. Lihatlah aku, aku dibuat untuk melakukan hal ini. Aku dibuat untuk menolongmu ketika kau melakukan suatu kesalahan. Aku ingin kau selalu benar.

Pensil : Aku bahagia karena kau selalu ada untuk mengoreksiku. Aku tidak tahu, apa yang bisa aku lakukan tanpamu.

Penghapus : Aku tahu, suatu hari nanti aku akan pergi untuk selamanya. Dan kamu harus mencari pengganti aku. Sesungguhnya aku sangat bahagia bersamamu dan aku benar – benar bahagia terhadap pekerjaanku. Jadi berhentilah merasa cemas. Aku tidak suka melihatmu bersedih. Aku berharap kamu dapat secepatnya belajar seperti aku, tanpa harus membutuhkan aku lagi.

Aku menemukan manfaat dari percakapan antara pensil dan penghapus ini sangat menginspirasi diriku. Orang tua seperti penghapus dan seorang anaklah pensilnya. Orang tua selalu ada untuk buah hatinya, membersihkan kesalahannya, dan mendidiknya agar dapat mengoreksi dirinya sendiri. Suatu saat, mereka terluka, mengalami penurunan, menjadi tua, rapuh, kemudian meninggal. Orang tua menydari bahwa dikemudian hari anaknya akan menemukan pasangan hidupnya, untuk kemudian bahagia mengajar anaknya – anaknya. Mereka tidak suka melihat anaknya yang berharga merasa cemas dan sedih. Mereka berharap anak – anaknya dapat bekerja dengan baik untuk membuat sesuatu yang berguna di dunia ini. Tulisan ini untuk para orang tua dan juga anak – anak yang dicintainya yang mana ingin berusaha keras membuat sesuatu yang berguna bagi dunia ini. Sebagai seorang anak, kita tidak pernah tahu bagaimana cinta orang tua kita, sebelum kita merasakan menjadi orang tua.


~tulisan ukhti di bumi Afghanistan_farzana_~

~alih bahasa : Bidadari Timur~

1 komentar:

  1. Maaf sebelumnya kepada para pembaca, saya terlalu lama memosting artikel yang baru, hhmm afwan ya.

    BalasHapus