Laman

Jumat, 17 Agustus 2012

Bertakbir pada dua malam hari raya

Dianjurkan bertakbir pada dua malam Id.  
Pada Idul Fitri, takbir dianjurkan sejak terbenamnya matahari hingga Imam memulai shalat Id. Dan tidak disyariatkan takbir di hari-hari lainnya sebagaimana yang umum dilakukan di banyak masjid kaum muslimin pada hari ini.  Takbir dikumandangkan dengan berjalan, duduk dan berbaring, di jalanan, di masjid, dan di atas tempat tidurnya.  Adapun Idul Adha, maka takbir dilakukan sejak setelah shalat Shubuh pada hari Arafah hingga shalat Ashar pada akhir Hari-hari Tasyriq. Takbir dikumandangkan seusai shalat Ashar kemudian berhenti.  Inilah yang paling shahih untuk diamalkan. Mengenai hal ini terdapat perbedaan pendapat yang masyhur dalam madzhab kami (Imam Nawawi) dan selain kami. Tetapi yang benar ialah apa yang kami sebutkan. Banyak hadits-hadits mengenai hal itu yang kami riwayatkan dalam Sunan al-Baihaqi, dan kami menjelaskan semua itu dari aspek hadits dan nukilan pendapat dalam Syarh al-Muhadzdzab. Aku juga menyebutkan semua cabang yang bertalian dengannya. Di sini, aku hanya menyinggung mengenai hal itu secara ringkas.  Menurut para sahabat kami, lafazh takbir ialah mengucapkan
,اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ  .“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.”
Demikian tiga kali berturut-turut, dan ia mengulang-ulanginya sekehendaknya. Menurut asy-Syafi’i dan para sahabatnya, jika ia menambah dengan mengucapkan,
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ  .“Allah Mahabesar, kebesarannya tiada yang menandinginya. Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Mahasuci Allah di pagi dan petang hari. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali Dia, dengan mengikhlaskan ketaatan hanya kepadaNya walaupun kaum kafir membencinya. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, yang membenarkan janjiNya, menolong hambaNya, dan mengalahkan pasukan bersekutu. Maha Esa Dia. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar,”  
maka ini bagus.
Segolongan dari sahabat kami mengatakan, tidak apa-apa mengucapkan sebagaimana yang biasa dilantunkan khalayak, yaitu,
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ  .“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan hanya bagi Allah-lah segala pujian.” (HR. Al-Bayhaqi, dishahihkan oleh al-Albani)
Atau dengan mengucapkan lafadz takbir seperti ini (tasyfi’takbir),
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ  .“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan hanya bagi Allah-lah segala pujian.” (HR. Abu Syaibah, dishahihkan oleh al-Albani)

Dan dua hadits yang terakhir ini inilah yang lebih rajih dan lebih kuat karena kedua sanad hadits ini shahih.Zhahir dari apa yang diriwayatkan dari para sahabat bahwa pada perkara ini terdapat keleluasaan. Seseorang boleh melantunkan yang ini dan selainnya dari apa yang telah disinggung dan sejenisnya.Wallahu a’lam.

disadur dari: klik disini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar